October 25, 2008

Tak perlu berkomentar

Yang jelas sudah terlalu banyak orang pinter di sekeliling kita. Dengan latar belakang yang tidak selalu sama, masing-masing bisa memilih peranan apapun yang menurut dia bagus dan benar. Lihat saja apa yang terjadi. Kali ini bukan tanggung jawab kita untuk bersuara. Posisi diri sebagai pengamat, tapi jangan sekali-kali berkomentar.


Banyak resikonya kalau kita nanti ikut menyumbangkan suara sumbang. Kondisi sekolah kita--kepala sekolahnya, wakil kepalanya, guru-gurunya, karyawan dan siswa baru tahapan tertatih-tatih mencari pijakan yang pas untuk menguak tabir sukses menjadi sekolah unggulan. Potensi kita punya. Gagasan, ide dan pemikiran ke arah yang lebih baik bermunculan dari sana-sana. Alur komunikasi yang belum lancar. Kita membutuhkan operator handal untuk menyalurkan segala macam informasi dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, dari samping kiri ke kanan, dari kanan ke kiri serta bagaimana cara memutarnya menjadi pusaran yang nyata dan kuat. Tanpa kontrol dan pengaturan yang baik tentunya kesemuanya itu hanya merembes dan bocor lalu hanya menjadi gosip, gosip dan gosip. 

Kita membutuhkan petani yang bisa memilah-milah ide-ide cemerlang  kemudian membawanya ke tempat persemaian yang subur. Hanya menampung gagasan tidak terlalu bermakna. Ide dan pemikiran yang baik dan bermunculan dengan subur harus dipupuk, disiangi dan dirawat dengan baik agar tidak lantas mati mendadak. Petaninya harus  mampu menata dengan apik bedengan-bedengan yang akan digunakan untuk membesarkan benih tersebut. Pengairannya harus pula diupayakan secara nyata. Cari pula trik-trik yang pernah digunakan oleh para petani yang sudah terbukti sukses.

Tak perlu komentar. Sekolah ini hanya membutuhkan karya nyata, dengan semangat dan jiwa mendidik,  sehingga bukan perselingkuhan yang lantas subur adanya. Bukan kawan bukan lawan, inilah suaranya ketika guru bicara.




0 comments: