August 3, 2009

Guru sebagai mesin sekolah

Menjadi guru yang profesional sungguh selalu menjadi impian para guru. Ketika sudah memilih berkarya di lingkungan pendidikan, guru tentu saja harus mengenali fungsi, peranan, tugas dan tanggung jawabnya membimbing peserta didiknya agar bisa menjadi orang-orang yang sukses di masa mendatang. Fungsi dan peranan guru dikatakan sebagai agen perubahan dunia, lantaran begitu pentingnya keberadaan mereka selalu di samping para peserta didik dalam membimbing, mengarahkan, meluruskan dan menunjukkan perubahan perilaku yang diidamkan bagi generasi muda. Tugas dan tanggung jawab mereka sangat besar dan mulia, meskipun tidak selalu bareng atau bermula dari imbalan jasa yang layak guna memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga mereka. Itulah para pahlawan tanpa tanda jasa. Guru profesional, selain bisa memenuhi standar kualifikasi dan kompetensinya, wajib mengikuti perkembangan trend kependidikan supaya mutu pembelajaran yang dilaksanakannya di kelas atau di lingkungan sekolah bisa diandalkan. Guru yang profesional tidak pernah berhenti meningkatkan kualitas keilmuannya.

Dalam tatanan administrasi pendidikan di sekolah, guru adalah "mesin-mesin sekolah" yang berada di garis depan dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan kurikulum sekolah. Istilah "mesin sekolah" ini baru saya dengar pada saat rapat dinas tanggal 1 Juli 2009 di aula sekolah di Bojonegoro. Saya sangat tidak sependapat dengan istilah ini. Sungguh menyakitkan bila analogi untuk guru disamakan dengan sebuah mesin. Apalagi ketika pembicaranya menyatakan bahwa guru harus merawat mesinnya dengan baik. "Kalau mesinnya rusak, sebaiknya dibuang saja. Daripada diperbaiki, tentu menghabiskan biaya yang banyak, maka guru yang seperti mesin yang rusak ini dibuang saja. Beli yang baru!" Guru yang dibuang berarti dikembali kepada unit atau kantor yang menetapkan jabatan guru kepada yang bersangkutan--bisa departemen agama maupun departemen pendidikan nasional. Perlakuan terhadap guru semacam ini sungguh sangat menyedihkan dan tidak memenuhi etika dunia kerja.

Guru tetap saja manusia. Sikap profesional guru yang profesional justru muncul ketika rasa kemanusiaan masih dijunjung tinggi di lingkungan pendidikan.

Share/Save/Bookmark