October 24, 2008

Mampu berkata tidak

Satu pelajaran sederhana dalam hidup yang bisa kita terapkan dalam perilaku kita sehari-hari adalah 'mampu berkata tidak'. Mengapa pelajaran ini penting di sini? Sebab banyak sekali orang yang tidak berani mengutarakan pendapat dan pandangannya, dan karena khawatir dikatakan tidak mengikuti kemauan pimpinan atau musyawarah, dengan serta merta ia akan mengiyakan beberapa pilihan atau ketentuan yang sudah diajukan. Akhirnya, konsekuensi dari pernyataan itulah yang menjadi bumerang dalam perjalanan hidup sehari-hari ataupun karirnya.


Keberanian berpendapat dan konsisten dengan pendapat yang sudah mengemuka menjadi faktor terpenting dalam proses bersosialisasi dengan komunitas formal maupun informal. Banyak yang tidak memahami pentingnya persoalan ini. Lantaran tidak faham, misalnya, seseorang akan berkata: "Ya, terserahlah. Silahkan dicoba dulu. Nanti kita pertimbangkan kemudian". Ini biasa yang diucapkan oleh pimpinan yang ingin bersikap demokratis dan memberi tempat untuk salah satu usulan yang ada. Sikap ini saya anggap keliru. Karena sebuah komunitas sekecil apapun memiliki tujuan dan harapan, janganlah sebuah keputusan dilakukan dengan dasar coba-coba. Dalam bahasa kerennya, kita perlu merujuk sumber-sumber yang lebih baik dan bisa dipercaya dan harus memperhatikan dampak lingkungan (amdal) dari keputusan yang akan ditetapkan. Sebuah keputusan jangan diterapkan dengan ungkapan, "Ya, silahkanlah. Saudara yang lebih ahli dalam hal ini." Kita harus tahu lebih banyak analogi dan rasionalnya pandangan dan usulan yang dikemukakan oleh seseorang.

Dalam posisi sebagai bawahan, layaknya juga kita selalu waspada dengan ketentuan yang muncul dari pihak pimpinan. Tidak bermaksud menentang terhadap semua kebijakan yang ada, namun lebih kepada menimbang kemampuan pribadi dan komunitas untuk menjalankannya. Kalau seluruh anggota komunitas menyetujui apa saja yang sudah dibicarakan oleh pimpinan

0 comments: