October 16, 2009

Berpolitik di sekolah, bukan sekolah politik

Faktor kepentingan pribadi, kelompok, organisasi, perusahaan dan yang lainnya bisa dicapai dengan sukses apabila pelakunya pintar berdiplomasi dan berpolitik. Meskipun adagium yang ada secara jelas mengatakan, "Di mana-mana politik itu kotor!", lembaga pendidikan pun bisa menjadi ajang berpolitik bagi seluruh warganya. Kondisi seperti ini sungguh menarik untuk dipelajari.


Secara kualitas dan kuantitas kita bisa berhitung tentang kekuatan politik di sekolah. Beberapa kepentingan dominan yang ada di sekolah adalah manajemen, staff dan guru, siswa dan orang tua. Secara kualitatif semua orang yakin bahwa pihak manajemen adalah yang paling berkuasa, disusul dengan kepentingan staff dan guru sebagai tim pelaksana. Pihak ketiga, siswa sering merupakan subyek penderita yang harus mematuhi semua aturan dan kebijakan sekolah. Orang tua dan juga masyarakat menjadi pihak luar yang terlalu besar kekuatannya, kecuali pada tingkat manajemen sekolah yang sudah sangat terbuka. Acara berpolitik sudah bisa terlaksana dengan hadirnya berbagai pihak yang ikut berpartisipasi di dalamnya, meskipun sungguh kita tahu betapa kecilnya populasi kepentingan di sana.

Berpolitik di sekolah bisa terjadi jika terjadi pergulatan kepentingan antara pihak yang berkuasa dengan warganya untuk memperebutkan pengaruh atau menuntut kesejajaran hak berkarya dan berdayaguna. Meskipun, mungkin banyak orang berpendapat tentang lugu dan polosnya para pekerja pendidikan, politik kecil-kecilan di sekolah bukan hal yang luar biasa. Contohnya, sering ditemui sesorang berusaha keras untuk mendapatkan posisi menjadi pimpinan sekolah baik dengan cara wajar atau kurang wajar. Untuk mendapatkan posisinya, seorang pelaku akan bersaing dengan orang-orang lain memiliki kepentingan sama. Hanya prinsip profesionalisme kependidikan saja yang bisa menjadi filter agar persaingan ini tidak cenderung brutal dan anarkis. Menjadi wakil kepala sekolah dan ketua tata usaha pun dilirik sebagai sebuah jembatan menuju tahapan yang lebih tinggi. Posisi lain mungkin juga diperebutkan dengan berpolitik secara profesional atau tidak profesional. Sementara itu, pihak-pihak siswa, orang tua dan masyarakat masih jauh dari kesempatan untuk masuk dan berkiprah di dalamnya.

Manajemen yang baik menyadari betul kondisi-kondisi faktual semacam ini. Memang banyak sekali terjadi konflik kepentingan di lembaga pendidikan. Prinsip memegang kekuasaan sekecil apapun akan jauh lebih baik daripada tidak sama sekali menjadikan pekerja pendidikan ikut latah berpolitik untuk memperebutkan jatahnya. Manajemen profesional tentu saja berusaha keras merangkul semua pihak di sekolah agar ikut berpartisipasi aktif dalam membangun sekolah yang efektif. Meski tetap menganjurkan sifat kompetitif kepada semua pihak agar terus bekerja keras menjadi yang terbaik, pemimpin yang baik dan profesional akan cenderung untuk bisa mewadahi semua kepentingan di sekolah yang tidak terlalu besar secara kuantitas. Tidak dibenarkan apabila seorang pimpinan lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompok yang mendukungnya agar justru kepemimpinan berjalan langgeng. Komunitas pendidikan akan berjalan efektif bila manajemen bisa membuat semua pihak saling bantu membantu untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kepentingan bersama di sekolah. Konflik kepentingan terlalu menonjol di sekolah justru membuyarkan harapan semua pihak yang peduli dengan program pendidikan.

Benarkah politik di sekolah itu memang ada?
Share/Save/Bookmark

October 15, 2009

Personality where to find

Mungkin suatu saat kita membutuhkan berbagai informasi yang terkait dengan kepribadian dan tidak tahu harus mencarinya dimana. Untuk sementara saya melihat pentingnya kita belajar dari link berikut ini:

Personality



Share/Save/Bookmark