Visi dan misi guru yang utama adalah ikut mencerdaskan generasi muda, bisa menghantarkan mereka sebagai manusia yang sukses. Itulah sebagian dari impian guru. Dengan dorongan mimpi ini, guru bisa berbekal ilmu dan semangat juangnya yang tinggi, menyumbangkan karya baktinya untuk membuktikan bahwa impiannya terhadap murid-muridnya bisa menjadi sebuah kenyataan. Tidak ada kebahagiaan yang lebih diharap kecuali sukses yang dimiliki muridnya.
Niatan guru untuk menyumbangkan keberhasilan tidak selalu berjalan mulus seperti yang diimpikan. Ada saja persoalan yang membuat guru bersikap canggung dan berada dalam kegamangan sikap. Bermula dari diri guru sendiri, mereka banyak memiliki kekuarangan yang manusiawi sehingga tidak pernah menjadi sempurna seperti yang diharapkan banyak orang. Ungkapan "Guru kencing berdiri, murid kencing kencing berlari" misalnya, adalah salah satu sikap masyarakat yang sebenarnya menuntut kepribadian yang unggul di posisi guru. Mereka diwajibkan bisa menjadi sebuah teladan, yang bersih dari cacat dan ketidaksempurnaan. Guru wajib membenahi diri dari waktu ke waktu. Mereka tidak dibenarkan memberikan contoh-contoh yang salah kepada muridnya. Mereka harus bisa menjadi panutan.
Potensi guru perlu dikembangkan setiap saat. Hal ini tidak sejalan dengan kondisi sistem pendidikan secara makro. Banyak guru yang tidak mendapatkan kesempatan untuk menajamkan potensi keguruan, yang bisa jadi terlalu sibuknya menambah jumlah jam mengajar agar bisa menambah penghasilan keluarganya. Guru lebih sibuk memenuhi kebutuhan finansial yang semakin berat dirasakan. Masih banyak lingkungan sekolah yang tidak mau mengerti tentang kebutuhan guru untuk mengembangkan potensi profesionalnya. Padahal, kalau kita mau cermat memahami, dukungan untuk guru bisa berasal dari koleganya, kepala sekolahnya dan juga pengawas sekolah. Kesempatan untuk meningkatkan tingkat kepedulian terhadap dunia pendidikan dari ketiga unsur pendukung tersebut tidak selalu muncul selayaknya. Banyak kesempatan yang terbuang sia-sia tanpa adanya komunikasi intensif dari unsur-unsur tersebut. Namun, tuntutan untuk peningkatan kualitas guru tidak pernah lepas sama sekali, meski apapun keadaan di sekolah dan sistem birokrasi pendidikan secara umum. Hanya secara impulsif saja wacana-wacana tentang pengembangan dimunculkan.
Harapan baru dibuka dengan adanya program sertifikasi guru. Masyarakat pendidikan begitu terkesima dengan program pengembangan profesi guru melalui jalur sertifikasi dan penilaian portofolio. Iming-iming yang ada adalah dengan tunjangan profesi guru yang belum pernah dibayangkan oleh guru selama ini. Profesional yang terlupakan dan tidak pernah mendapatkan 'tanda jasa' sekarang ini hendak disejahterakan dengan sebuah program yang terkesan sangat politis dan kurang terkoordinasi. Terjadilah polemik-polemik yang membuat sebagian guru bersikap apriori dan apatis tentang sertifikasi yang mereka sendiri giat untuk segera lulus dan mendapatkan tunjangan. Program ini penuh dengan ketidakpastian. Semua orang berharap, namun tidak bisa percaya seratus persen.
December 26, 2009
Guru di tengah kegalauan
Labels: suara guru
Antisosial
Mengenal lebih jauh tentang gangguan kepribadian, saya mengutip salah satu tipe gangguan psikologis yang berupa gangguan anti-sosial. Sekedar untuk mengetahui definisi, kutipan berikut ini cukup berarti:
Antisocial personality disorder is best understood within the context of the broader category of personality disorders.
A personality disorder is an enduring pattern of personal experience and behavior that deviates noticeably from the expectations of the individual's culture, is pervasive and inflexible, has an onset in adolescence or early adulthood, is stable over time, and leads to personal distress or impairment.
Antisocial personality disorder is characterized by a pattern of disregard for and violation of the rights of others. The diagnosis of antisocial personality disorder is not given to individuals under the age of 18 and is only given if there is a history of some symptoms of conduct disorder before age 15.
The severity of symptoms of antisocial personality disorder can vary in severity. The more egregious, harmful, or dangerous behavior patterns are referred to as sociopathic or psychopathic. There has been much debate as to the distinction between these descriptions. Sociopathy is chiefly characterized as a something severely wrong with one's conscience; psychopathy is characterized as a complete lack of conscience regarding others. Some professionals describe people with this constellation of symptoms as "stone cold" to the rights of others. Complications of this disorder include imprisonment, drug abuse, and alcoholism. Sumber
Labels: personal development
October 16, 2009
Berpolitik di sekolah, bukan sekolah politik
Faktor kepentingan pribadi, kelompok, organisasi, perusahaan dan yang lainnya bisa dicapai dengan sukses apabila pelakunya pintar berdiplomasi dan berpolitik. Meskipun adagium yang ada secara jelas mengatakan, "Di mana-mana politik itu kotor!", lembaga pendidikan pun bisa menjadi ajang berpolitik bagi seluruh warganya. Kondisi seperti ini sungguh menarik untuk dipelajari.
Labels: bersitegang
October 15, 2009
Personality where to find
Mungkin suatu saat kita membutuhkan berbagai informasi yang terkait dengan kepribadian dan tidak tahu harus mencarinya dimana. Untuk sementara saya melihat pentingnya kita belajar dari link berikut ini:
Personality
Labels: pilihan hidup
September 25, 2009
Ini persoalan hati
Saya tidak memaksakan keinginan. Perjalanan hidup ini biasanya saya jalani apa adanya tanpa berusaha untuk mendapatkan semua keinginan saya. Lebih banyak mengalah dan tidak terlalu menghindari apapun tantangan yang ada di depan sana. Orang melihat saya sebagai orang yang super cuek dan lebih sering dianggap menantang resiko.
Kalau sudah tidak suka terhadap apapun saya cenderung berterus terang dan tidak bisa menyembunyikan perasaan. Ini yang menjadi ciri khas sehingga saya sering dianggap selalu berkata 'vulgar'. Sebenarnya saya tidak bermaksud menyinggung perasaan orang lain. Tetapi karena berbeda persepsi tentang gaya hidup dan pergaulan saya menjadi lebih sering membuat orang lain mundur dan tidak mau terlalu akrab dengan saya.
Hati saya terlalu peka dan tidak kenal kompromi terhadap kebatilan. Mereka peka juga, tetapi mereka masih mampu menahan diri untuk tidak usah mengutarakan apapun yang mereka anggap tidak pas. Mereka lebih berharap bahwa dengan cara tersebut mereka bisa merasa aman dan mendapatkan keuntungan meskipun sedikit. Sakit, sesakit apapun hati mereka, tidak pernah terungkap dalam protes-protes sosial mereka.
Labels: bersitegang
August 3, 2009
Guru sebagai mesin sekolah
Menjadi guru yang profesional sungguh selalu menjadi impian para guru. Ketika sudah memilih berkarya di lingkungan pendidikan, guru tentu saja harus mengenali fungsi, peranan, tugas dan tanggung jawabnya membimbing peserta didiknya agar bisa menjadi orang-orang yang sukses di masa mendatang. Fungsi dan peranan guru dikatakan sebagai agen perubahan dunia, lantaran begitu pentingnya keberadaan mereka selalu di samping para peserta didik dalam membimbing, mengarahkan, meluruskan dan menunjukkan perubahan perilaku yang diidamkan bagi generasi muda. Tugas dan tanggung jawab mereka sangat besar dan mulia, meskipun tidak selalu bareng atau bermula dari imbalan jasa yang layak guna memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga mereka. Itulah para pahlawan tanpa tanda jasa. Guru profesional, selain bisa memenuhi standar kualifikasi dan kompetensinya, wajib mengikuti perkembangan trend kependidikan supaya mutu pembelajaran yang dilaksanakannya di kelas atau di lingkungan sekolah bisa diandalkan. Guru yang profesional tidak pernah berhenti meningkatkan kualitas keilmuannya.
Dalam tatanan administrasi pendidikan di sekolah, guru adalah "mesin-mesin sekolah" yang berada di garis depan dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan kurikulum sekolah. Istilah "mesin sekolah" ini baru saya dengar pada saat rapat dinas tanggal 1 Juli 2009 di aula sekolah di Bojonegoro. Saya sangat tidak sependapat dengan istilah ini. Sungguh menyakitkan bila analogi untuk guru disamakan dengan sebuah mesin. Apalagi ketika pembicaranya menyatakan bahwa guru harus merawat mesinnya dengan baik. "Kalau mesinnya rusak, sebaiknya dibuang saja. Daripada diperbaiki, tentu menghabiskan biaya yang banyak, maka guru yang seperti mesin yang rusak ini dibuang saja. Beli yang baru!" Guru yang dibuang berarti dikembali kepada unit atau kantor yang menetapkan jabatan guru kepada yang bersangkutan--bisa departemen agama maupun departemen pendidikan nasional. Perlakuan terhadap guru semacam ini sungguh sangat menyedihkan dan tidak memenuhi etika dunia kerja.
Guru tetap saja manusia. Sikap profesional guru yang profesional justru muncul ketika rasa kemanusiaan masih dijunjung tinggi di lingkungan pendidikan.
Labels: guru, leadership, suara guru
June 28, 2009
Komunikasi yang hilang di sekolah
Pentingnya komunikasi yang efektif di sekolah sangat dirasakan pada sistem manajemen sekolah. Keunggulan sekolah dengan berbagai programnya hanya bisa berkembang dengan baik apabila komunikasi yang efektif dibangun dengan apik. Komponen sekolah yang terdiri dari siswa, guru, staff dan kepala sekolah adalah posisi-posisi yang saling membutuhkan, dan hanya bisa terjalin hubungan kerjasama yang baik bilamana komunikasi di antara mereka berjalan lancar.
Siswa adalah konsumen dari layanan pendidikan yang disediakan di sekolah. Guru, staff dan kepala sekolah pemberi layanan terhadap kepentingan siswa untuk mendapatkan pendidikan bermutu.
Ketika sekolah menjadi komoditi bisnis
Sekolah adalah lembaga formal yang berfungsi untuk menyelenggarakan program-program pendidikan. Di dalam sekolah kepala sekolah berserta manajemen sekolah yang dipimpinnya siap memastikan penyelenggaraan program pendidikan bisa dijalankan sesuai visi dan misi sekolah. Dalam banyak studi, peranan penting dari kepala sekolah bisa menentukan berhasil atau tidaknya program-program sekolah.
Posisi kepala sekolah sebagai manajer puncak merupakan incaran banyak pihak yang memiliki kepentingan baik untuk
Labels: leadership